Industri pertambangan merupakan sebuah industri dengan resiko yang sangat tinggi, yaitu resiko geologi, ekonomi-teknologi dan resiko lingkungan. Kecenderungan yang berkembang sekarang menunjukkan bahwa resiko sosial juga dimasukkan sebagai kategori resiko non-teknis yang sangat kompleks dan harus juga dipertimbangkan sebagai prioritas penyelesaian. Resiko tersebut dapat diantisipasi dengan proyeksi keuntungan dari potensi sumberdaya mineral/bahan galian yang harus diketahui dengan pasti.
Dalam usaha untuk mengetahui potensi sumberdaya mineral/bahan galian yang ada serta mengidentifikasi kendali alam maupun lingkungan baik fisik maupun sosial yang mungkin ada, maka perlu dilakukan eksplorasi terlebih dahulu. Kegiatan eksplorasi merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilakukan sebelum suatu usaha pertambangan dilaksanakan. Kegiatan tersebut harus dilakukan dalam tahapan-tahapan sehingga resiko kerugian yang lebih besar dapat dihindari. Hasil dari kegiatan eksplorasi tersebut harus dapat
memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai semua informasi yang berhubungan dengan potensi mineral yang ada dan bagaimana mengurangi semua resiko dengan antisipasi manajemen yang baik.
Berbicara mengenai resiko sosial dan lingkungan yang marak dibicarakan dalam industri ekstraktif termasuk pertambangan akhir-akhir ini, maka sebuah solusi yang dirasa sangat efektif namun belum akrab bagi pelaku usaha pertambangan adalah konsep Corporate Social Responsibility (CSR). Konsep ini berusaha untuk merumuskan resiko lingkungan tambang baik fisik dan sosial melalui sejumlah rancangan antisipasi yang memadai. Penelitian ini mencoba menunjukkan integrasi komponen ideal CSR pertambangan dari hasil analisis kondisi regional di sekitar wilayah KK PT. X di Papua, dan mengintegrasikannya ke dalam setiap tahapan kegiatan eksplorasi. Komponen-komponen yang akan diintegrasikan tersebut meliputi: assessing social cohesion, building human capital, protecting the environment, encouraging good governance dan strengthening economics.
Usulan dalam penelitian ini adalah integrasi masing-masing komponen tertulis diatas menjadi sebagai berikut : Tahapan penyelidikan awal diintegrasikan dengan social based line study dan assesing social cohesion, kemudian pada tahap eksplorasi pendahuluan diintegrasikan dengan assessing social cohesion dan building human capital. Pada tahap eksplorasi rinci diintegrasikan komponen building human capital dan protecting the environment, lalu yang terakhir adalah pada tahap studi kelayakan diintegrasikan komponen protecting the environment dan strengthening the economics.
2. Perencanaan Eksplorasi Geokimia
Karena eksplorasi mineral makin lama makin sulit,
mahal, dan kompetitif, maka eksplorasi perlu dilakukan seefisien
mungkin, dengan biaya yang betul-betul efektif. Tiap eksplorasi geokimia
terdiri dari tiga komponen, yaitu sampling (pengambilan conto),
analisis, dan interpretasi. Ketiganya merupakan fungsi bebas yang saling
terkait. Kegagalan pada tahap yang satu akan mempengaruhi tahap
berikutnya.
2.1 Pemilihan Metode
Pemilihan teknik tergantung pada mineralogi dan
geokimia daerah target. Komposisi badan bijih akan menentukan unsur yang
dapat digunakan. Contohnya Cu sangat ideal untuk endapan tembaga, tapi
As sangat berguna dalam pencarian mineralisasi emas, dll. Lebih jauh
lagi mineralogi daerah target dikombinasikan dengan lingkungan sekunder
(pola dispersinya). Contohnya dispersi Cu bisa hidromorfik dan mekanis,
sedangkan timah putih sangat khas, hampir selalu mekanis sebagai butiran
kasiterit, atau terdapat dalam biotit atau mineral asesori lainnya.
Hal kedua yang perlu dipertimbangkan adalah
relatif dari target (badan bijih) yang dapat dijumpai sebagai : (1)
bijih yang tersingkap, (2) tersingkap sebagian, (3) tertimbun batuan
penutup yang lebih muda, atau (4) tertutup dalam batuan induknya (blind ore)
Gambar 2. Posisi relatif badan bijih terhadap permukaan
Penyontoan di permukaan akan efektif untuk tipe
1) dan 2), tapi perlu antisipasi untuk respon geokimia yang berbeda.
Kasus 3) dan 4) perlu teknik yang optimum yang dapat mendeteksi melalui
penutup, bawah penutup, gas bocor dari mineralisasi, atau mendeteksi
halo (lingkaran) sekitar batuan.
Survey geokimia diterapkan pada berbagai tahapan eksplorasi mineral, yaitu:
-
Survey regional dengan tujuan mencari jalur mineralisasi
-
Survey lokal dengan tujuan mengidentifikasi daerah target untuk keperluan evaluasi
-
Survey kekayaan dengan tujuan menentukan batas daerah termineralisasi
-
Survey deposit dengan tujuan menentukan lokasi dari badan bijih individual
Perlu adanya integrasi antara survey geokimia dengan strategi eksplorasi keseluruhan.
2.2 Optimasi Teknik Survey
Untuk optimasi survey geokimia perlu dilakukan
identifikasi target yang maksimum. Suatu target perlu jelas terlihat
dalam data geokimia, mungkin dicirikan oleh adanya penambahan atau
pengurangan kelimpahan unsur tertentu atau asosiasinya. Target harus
mudah dibedakan dari data survey lainnya. Dengan kata lain perlu adanya
kontras geokimia yang maksimum (anomali). Pengambilan conto, penyiapan
conto, dan pemilihan metode analitis dapat mempengaruhi kontras.
Pengamatan kontras anomali yang optimum dimulai
di lapangan melalui pengenalan sekitar lingkungan lokal yang akan
mempengaruhi proses dispersi, tempat-tempat yang mungkin mengalami
pelindian atau peningkatan akibat perembesan, kehadiran pengendapan
sekunder, perkembangan tanah yang tidak normal, dan distribusi tanah
penutup yang tertranspor. Catatan lapangan merupakan bagian survey yang
penting yang dapat digunakan bersama-sama dengan analisis data untuk
interpretasi.
Pengambilan conto merupakan hal paling penting
dalam eksplorasi geokimia. Preparasi conto yang baik dapat juga
menunjang kontras yang baik. Thomson (1978) mendemonstrasikan bahwa
analisis Zn pada fraksi -0+35 mesh dari material tanah yang diambil pada
kedalaman 20 cm dari tanah semi residu di gurun Saudi Arabia
menghasilkan kontras maksimum di atas badan mineralisasi Zn. Sebaliknya
pada fraksi -150 mesh tanah yang sama mengalami dilusi oleh material barren aeolian sehingga kontras dan dispersinya jauh berkurang.
Pengkayaan sekunder dari logam yang terdispersi
hidromorfik cenderung terjadi pada fraksi halus dari tanah (lempung dan
silt) atau tanah los yang myelimuti partikel kasar. Pemisahan fraksi
halus dan kasar dapat meningkatkan anomali.
Jarak pengangkutan logam oleh airtanah dari
pelapukan sulfida sangat bervariasi dan dapat menghasilkan pola geokimia
yang sulit untuk diinterpretasikan. Konsentrasi logam yang tinggi
karena pengendapan sekunder mengikuti pola hidromorfik, scavenging dll. Sering dicirikan oleh bentuk mineral yang lemah dan tidak stabil yang unsur-unsurnya dapat direcovery dengan teknik analisis yang lemah.
2.3 Parameter Survey
Tantangan dalam survey geokimia adalah mendesign
program yang efektif, pada prakteknya adalah membuat keputusan tentang
pemilihan point-point berikut ini,
-
Material Sample
-
Pola penyontoan
-
Preparasi conto
-
Prosedur Analitis
-
Kriteria interpretasi hasil
Untuk membuat keputusan diperlukan pengetahuan atau
asumsi tentang keadaan daerah survey. Artinya diperlukan rujukan
infomasi yang relevan tentang:
-
Dispersi dan karakter mobilitas dari unsur dalam mineral dan batuan induk
-
Pengaruh lingkungan lokal pada proses dispersi
-
Ukuran target, baik ukuran mineralisasi maupun ukuran yang diharapkan dari lingkaran dispersi sekelilingnya
-
Ketersediaan material conto
-
Kemampuan analitis
-
Kondisi logistik
Lingkungan lokal dapat mempengaruhi proses dispersi.
Faktor yang paling penting yang berhubungan dengan iklim dan topografi
adalah material/tanah di daerah survey, apakah tertranspor atau residu.
Jika tertranspor, asalnya dari apa, kolovium, aluvium? Material eksotis
seperti sedimen berlapis, aluvial, pasir fluvial, abu vulkanik, menutupi
batuan dasar, tetapi tidak mengekspresikan geokimia dari batuan yang
berada di bawahnya.
Ukuran target akan mempengaruhi pemilihan
interval pengambilan conto. Arah orientasi tertentu dari target juga
harus dipertimbangkan dalam lintasan dan grid pengambilan conto.
Idealnya, grid pengambilan conto dibuat dengan garis dasar
sejajar terhadap sumbu panjang target. Garis lintangnya tegaklurus
terhadap garis dasar tadi untuk mendapatkan kemungkinan irisan maksimum.
Survey geokimia yang ideal didasarkan pada
penyontoan yang sistematis dan beraturan untuk memperoleh database yang
homogen, agar dapat dilakukan evaluasi komparatif dari gejala geokimia.
Oleh karena itu penting sekali untuk memilih medium penyontoan yang
seragam di seluruh daerah survey. Teknik preparasi dan teknik analitis
harus dipilih yang dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya dan
menunjang kontras yang optimum.
Terakhir, perlu dilakukan evaluasi terhadap
hambatan-hambatan logisistik. Akses, kondisi medan, keterdapatan tenaga,
budget dan waktu perlu dipertimbangkan dengan hati-hati.
2.4 Studi Orientasi
Studi orientasi digambarkan sebagai suatu seri
percobaan pendahuluan untuk menentukan karakter dispersi geokimi yang
berhubungan dengan mineralisasi pada daerah tertentu. Informasi tadi
digunakan untuk:
-
Mendefinisikan bakcground dan respon geokimia yang abnormal
-
Mendefinisikan prosedur survey yang optimum
-
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dispersi dan kriteria interpretasi hasil survey
-
Mengenali gejala-gejala yang harus dicatat dan dilaporkan oleh pengambil conto
Survey orientasi klasik terdiri dari penyontoan dan
analisis di lapangan sekitar badan yang representatif tetapi
mineralisasinya tidak dikenal. Idealnya, pekerjaan ini dimulai dari
mineralisasi yang telah dikenal yang secara geologi dan geomorfologi
representatif untuk lokasi penelitian. Kemudian dilanjutkan menjauhi
mineralisasi untuk mendapatkan harga background yang sesuai.
Orientasi sample tanah harus diambil minimal dari dua lintasan melalui mineralisasi dan dilanjutkan ke dalam background. Spasi pengambilan conto tergantung pada luas mineralisasi. Minimal empat atau lima contoh di atas mineralisasi dan juga dari background.
Penting agar karakter tanah yang berbeda dievaluasi. Hasilnya, lintasan
ini harus mencakup kondisi fisiografi normal dan tipe major tanah,
seperti daerah yang penirisan baik lereng curam, daerah rembesan, dan
rawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar