Hitler di Masa Kecil |
Adolf Hitler lahir tahun 1889 di Braunau, Austria. Di
masa Perang Dunia ke-I, dia masuk Angkatan Bersenjata Jerman, terluka
dan peroleh dua medali untuk keberaniannya. Di tahun 1919, dia bergabung
dengan partai kecil berhaluan kanan di Munich, dan segera partai ini
mengubah nama menjadi Partai Buruh Nasionalis Jerman (diringkas Nazi).
Dalam tempo dua tahun dia menanjak jadi pemimpin yang tanpa saingan yang
dalam julukan Jerman disebut "Fuehrer." Di bulan Januari 1933, tatkala
umurnya empat puluh empat tahun, Hitler menjadi Kanselir Jerman. Dengan
jabatan itu, Hitler dengan cepat dan cekatan membentuk kediktatoran
dengan menggunakan aparat pemerintah melabrak semua golongan oposisi.
Perlu dicamkan, proses ini bukanlah lewat erosi kebebasan sipil dan
hak-hak pertahankan diri terhadap tuduhan-tuduhan kriminal, tetapi
digarap dengan sabetan kilat dan sering sekali partai Nazi tidak ambil
pusing dengan prosedur pengajuan di pengadilan sama sekali. Banyak
lawan-lawan politik digebuki, bahkan dibunuh langsung di tempat. Meski
begitu, sebelum pecah Perang Dunia ke-2, Hitler meraih dukungan sebagian
terbesar penduduk Jerman karena dia berhasil menekan jumlah
pengangguran dan melakukan perbaikan-perbaikan ekonomi.
Mungkin
tak ada tokoh dalam sejarah yang punya pengaruh begitu besar terhadap
generasinya ketimbang Adolf Hitler. Di samping puluhan juta orang yang
mati dalam peperangan yang dia biang keladinya, atau mereka yang mati di
kamp konsentrasi, masih berjuta juta orang terlunta-lunta tanpa tempat
bernaung atau yang hidupnya berantakan akibat perang.
Keberhasilan
Adolf Hitler dapat terlihat dari perilakunya dalam melaksanakan
fungsi-fungsi kepemimpinan. Perilaku kepemimpinannya tampak dari cara
melakukan pengambilan keputusan, cara memerintah (instruksi), cara
memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat bawahan,
cara membimbing dan mengarahkan, ataupun dari cara menegakkan disiplin.
Adolf Hitler menjadi pemimpin yang berhasil pada masanya walaupun dia
oleh dunia luas dianggap manusia yang paling jahanam sepanjang sejarah.
Hitler, sebagai seorang pemimpin, memiliki kemampuan yang menakjubkan
dalam mempengaruhi orang lain melalui orasinya. Keahlian berorasi itulah
yang membuatnya cepat menggandeng banyak pengikut.Melalui orasinya,
Hitler berhasil memasukkan ide-idenya mengenai anti Semit, anti Yahudi,
anti Komunis, semangat Lebensraum, dan eugenetika kepada rakyat yang
kebanyakan kecewa pada kekalahan Jerman di Perang Dunia I.
Orasi Hitler mempengaruhi pikiran pendengar dan memainkan emosinya. Hal
tersebut membuat partai jadi sangat bergantung padanya. Sejak Hitler
masuk, keanggotaan partai Buruh awalnya hanya puluhan orang ini,
berkembang pesat menjadi ratusan bahkan ribuan orang. Untuk memperbanyak
pendukungnya, Hitler sering mengadakan pawai yang diakhiri dengan
pidatonya yang penuh nafsu.
Selain ahli orasi, Hitler juga merupakan ahli strategi. Memanfaatkan
kemarahan rakyat terhadap pemerintah karena hiperinflasi dan pendudukan
Prancis atas Ruhr, Hitler menggerakkan pemberontakan. Meskipun
pemberontakan ini gagal karena media. Hitler juga merekrut orang-orang
yang berkompeten dan memiliki pengaruh luas, semacam Ernst Rohm, Hermann
Goering, dan Joseph Goebbels. Orang orang tersebut kemudian dijadikan
petinggi petinggi partai.
Hitler menganut gaya kepemimpinan otoriter. gaya kepemimpinan ini
menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang
yang di antara mereka tetap ada seorang yang paling berkuasa. Pemimpin
bertindak sebagai penguasa tunggal. Orang-orang yang dipimpin yang
jumlahnya lebih banyak, merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut
bawahan atau anak buah. Kedudukan bawahan semata-mata sebagai pelaksana
keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. Pemimpin memandang
dirinya lebih, dalam segala hal dibandingkan dengan bawahannya. Saat
Hitler menjadi sebagai pemimpin Jerman, gaya kepemimpinannya berhasil
membawa Jerman pada kondisi full employment. Meskipun keadaan tersebut
tidak bisa meningkatkan Purchasing Power Parity rakyat.
Kritik :
Gaya kepemimpinan otoriter yang dilakukan oleh Adolf Hitler cukup
efektif dalam mendatangkan perubahan pada masa itu. Tapi sifat keras
kepala dan merasa selalu benar mengakibatkan banyak kerugian yang
dialami oleh masyarakat akibat sikapnya tersebut .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar