Sabtu, 04 Mei 2013

PERAN KOMUNIKASI SEBAGAI BASIS KEKUASAAN DALAM ORGANISASI


ABSTRAK
Komunikasi pada dasarnya digunakan sebagai alat atau transmisi yang menitik beratkan kepada gagasan pengiriman, penyebaran, dan pemberian informasi kepada orang lain. Namun ada gagasan lain yang mengemukakan bahwa komunikasi bukan hanya alat tetapi sebagai sarana pikiran yaitu komunikasi dipakai untuk maksud tertentu seperti memberi intruksi, membujuk, dan memperoleh kekuasaan. Dalam konteks organisasi komunikasi salah satunya digunakan untuk menentukan tujuan, norma dan prilaku organisasi. Organisasi ini dapat dipandang sebagai suatu sarana kekuasaan. Dimana individu dapat memiliki kekuasaan, dan melaksanakannya melalui komunikasi dan menciptakan tindakan yang terorganisir.
Kata Kunci: Organisasi, Kekuasaan, Komunikasi
PENDAHULUAN
Organisasi memiliki tujuan tertentu dan memiliki sifat untuk selalu dapat memenuhi tujuannya tersebut. Usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melakukan kekuasaan. Karena pada dasarnya, organisasi mempunyai sifat berusaha untuk memenuhi beberapa jenjang keteraturan tertentu sehingga dapat bertahan dan mencapai tujuannya. Usaha yang dilakukan meliputi suatu keteraturan yang dirundingkan, tetapi pengaturan manusialah yang melibatkan kekuasaan. Individu yang bergabung dengan organisasi ini adalah dengan menggunakan kekuasaan.
Organisasi pada dasarnya adalah pengendalian dalam memperluas kekuasaan melalui pendelegasian, orang harus dapat menyatukan delegasi dengan kekuasaan yang mengesahkannya.” Clegg (1989)
Dalam kebanyakan kasus, individu dalam organisasi juga menginginkan rasa kendali (Sense of Controll). Kekuasaan apa yang digunakan? Bagaimana menggunakannya? Siapa yang dilayani? Dan Tujuannya untuk apa?.”
PEMBAHASAN
Konsep Kekuasaan dan Organisasi
Gagasan tradisional tentang kekuasaan menfokuskan pada individu dan pelaksanaan kekuasaannya. Frech dan Raven mendasarkan kekuasaan A terhadap B pada lima jenis kekuatan yaitu; Pertama, Kekuasaan memberikan ganjaran (Reward Power), Dapatkah A memberikan ganjaran yang dapat disahkan oleh B. Kedua, Kekuasaan yang memaksa (Coursive Power). Dapatkah A memberikan suatu hukuman yang dianggap hukuman oleh B. Ketiga, Kekuasaan yang sah (Legitimative Power). Apakah B Percaya bahwa A memiliki hak untuk mempengaruhi B dan B harus menerimanya, mungkin penerimaan terhadap struktur sosial atau nilai-nilai budaya. Keempat, Kekuasaan Referen (Referent Power). Apakah B mengenal A, Apakah B ingin seperti A, apakah B memiliki keinginan memaksakan suatu kesatuan dengan A. Kelima, Kekuasaan Ahli (Expert Power). Apakah B percaya bahwa A memiliki pengatahuan atau keahlian khusus yang berguna atau diperlukan untuk kebaikan atau untuk memenuhi harapan B.
Banyak konsep dan definisi mengenai kekuasaan, konsep tradisional mendefinikan kekuasaan untuk menentukan dan membatasi hasil-hasil. Gagasan tradisional tentang kekuasaan menfokuskan pada individu dan pelaksanaan kekuasaannya. Pandangan modern menyatakan bahwa kekuasaan tidak terletak pada manusia saja tetapi juga pada struktur sosial yang memungkinkan mereka bertindak. Individu memiliki kemampuan bertindak dan mempengaruhi orang lain berdasarkan pada sumber atau posisi tertentu tetapi kekuasaan meliputi lebih dari sekedar milik yang dapat digunakan pada setiap situasi. Kekuasaan terletak pada hubungan antar manusia dalam sistem sosial itu sendiri.
Organisasi dan kekuasaan hendaknya memiliki hubungan  interaksi yang sangat erat. Sama halnya dengan struktur organisasi, kekuasaan-kekuasaan tidak dapat mempertahankan dirinya tanpa orang-orang yang mengesahkan dirinya melalui prilaku, sementara itu seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa orang dalam organisasi melakukan usaha untuk mencapai tujuan organisasi untuk itu diperlukan sebuah kekuasaan. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam dinamika organisasi, kekuasaan sangat diperlukan.
Dinamika Komunikasi Organisasi
Gagasan terhadap komunikasi (Tradisional) mula-mula adalah melihat komunikasi sebagai alat atau tranmisi. Yang mana menitik beratkan kepada gagasan pengiriman penyebaran dan pemberian informasi kepada orang lain dengan tujuan untuk mengendalikan. Adapun gagasan lain yang mengemukakan pendapatnya bahwa komunikasi bukan hanya alat untuk mengendalikan, akan tetapi sebagai sarana pikiran dalam arti dipakai untuk maksud tertentu seperti memberikan intruksi, membujuk, bahkan memperoleh kekuasaan.
Dua gagasan yang berbeda diatas penting untuk mengantarkan pemahaman tentang komunikasi organisasi dan kekuasaan. Pertama, komunikasi dipandang sebagai mekanisme kekuasan. Dalam konteks organisasi komunikasi digunakan untuk menentukan tujuan, norma dan prilaku organisasi, organisasi dipandang sebagai suatu sarana kekuasaan. Manusia memiliki kekuasaan, dan melaksanakannya melalui komunikasi dan menciptakannya dengan tindakan yang terorganisir. Kedua, Komunikasi dipandang sebagai kekuasaan. Karena kemampuannya sangat berpengaruh dalam menentukan hasil, pengetahuan, kenyakinan dan tindakan. Manusia bertindak berdasarkan informasi yang ada serta pilihan atau alternatif yang disediakan oleh informasi tersebut. Kekuasaan lalu digunakan melalui alternatif yang disediakan dan cara alternatif tersebut diberikan. Contoh; Organisasi memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk memberikan keputusan tetapi tidak bebas sama sekali, melainkan memberikan pilihan atau kriteria yang harus dipenuhi dalam setiap pengambilan keputusan tersebut.
Komunikasi dalam Proses Pemberian Kekuasaan
Bagian paling penting dalam proses pemberdayaan yaitu mengenalkan kondisi-kondisi yang membangkitkan perasaan tidak berdaya. Dalam organisasi manusia terkadang merasa tidak berdaya ketika mereka tidak memiliki akses kepada informasi yang mempengaruhi kesejahteraan dan pekerjaan mereka.
Konsep pemberian kekuasaan atau pemberdayaan ini, memiliki beberapa dimensi. Conger dan Kanungo menyatakan pendapatnya bahwa pemberdayaan dapat ditinjau dalam arti rasional dan motivasional. Pertama, aspek rasional menegaskan kepada masalah pembagian kekuasan antara manajer dan bawahan. Ada usaha untuk melonggarkan hilarkhi dan menekankan pemecahan masalah secara bersama-sama. Kedua, aspek motivasional yang merujuk kepada kebutuhan hakiki suatu keyakinan dan kemampuan pribadi. Dengan teknik ini, pegawai akan merasa memiliki kekuasaan. Jadi pemberdayaan dalam arti motivasional adalah mempercayai kemampuan setiap orang yang meliputi kebutuhan dan hak setiap orang untuk merasakan bahwa dirinya mampu berprestasi dan efektif. Berdasarkan hal diatas tampak adanya hubungan yang erat antara pemberdayaan dan kinerja. Pengambilan keputusan menyangkut dan berhubungan erat dengan kinerja. Diberdayakan dalam organisasi berarti mengetahui argumentasi yang diterima serta cara-cara yang digunakannya. Dalam hal ini, berarti kita tidak bisa lepas dari praktek komunikasi dalam organisasi meskipun terkadang atau cenderung diabaikan dalam kekuasaan.
Komunikasi dan pelaksanaan kekuasaan 
Komunikasi dalam suatu organisasi harus menceriminkan penggunaan kekuasaan yang bijaksana. Seperti yang diungkapkan oleh Boulding (1989), bahwa mempertahankan kekuasaan mungkin bergantung pada pengetahuan kapan untuk menggunakan kekuasaan itu. Kekuasaan yang dilaksanakan secara bijaksana terkadang sama sekali tidak digunakan, seperti; seorang manajer mendelagasikan otoritas kepada bawahannya untuk melakukan suatu tugas, komunikasi harus mendukung, yaitu setidaknya manajer memberikan sebuah memo, atau merincikan tugas apa yang harus dilaksanakan atau dikerjakan.
Komunikasi dengan menempatkan posisi orang lain lebih rendah adalah suatu wujud pelaksanaan kekuasan. Ini mengisyaratkan suatu hubungan yang memaksakan dominasi tanpa sepengetahuan orang yang melakukannya, dan bahkan tidak diketahui dan disadari oleh orang tersebut.
Banyak isu gender (bahasa, seksis, bahasa seksual) yang merupakan isu dari pada kekuasaan. Sesuatu yang tampak tidak salahnya bagi seseorang, dapat saja dipandang sebagai penindasan oleh orang lain. Misalnya seperti istilah freshman dapat saja menimbulkan suatu pertentangan. Itu dikarenakan kata tersebut khusus untuk seorang pria sehingga mengabaikan keberadaan kaum wanita. Meskipun begitu, sebenarnya istilah ini sudah dulu ada dan tidak menyangkut jenis kelamin lagi.
Dalam komunikasi yang penting adalah “penciptaan pesan”, bahasa tidak saja sekedar masalah kecermatan politis. Masalah persamaan lebih penting daripada gagasan kecermatan politis.
KESIMPULAN
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi, mengatur atau mendalikan dan merupakan bagian yang melekat pada proses organisasi. Kekuasaan tidak hanya melekat kepada manusia, dan sumberdaya tetapi juga pada struktur sosial itu sendiri. Struktur organisasi memperbolehkan dan membatasi penggunaan kekuasaan. Struktur ini disahkan melalui prilaku komunikasi. Struktur organisasi diciptakan, dipertahankan dan ditranformasikan melalui proses komunikasi. Komunikasi bukan hanya berlaku sebagai suatu mekanisme kekuasaan, tetapi juga merupakan kekuasaan dalam arti aturan-aturan, praktik-praktik dan cara pandang dalam wacana yang bersangkutan. Praktik-praktik diskursif, penulisan, dan argumentasi merupakan bagian yang melakat pada struktur.
Organisasi yang mendambakan sebuah inovasi, perubahan dan andil maksimal dari pada anggotanya akan menjalankan komunikasi yang memberdayakan semua pesertanya. Kekuasaan dapat menjadi kekuasaan positif apabila dibagikan, dikembangkan pada orang lain, dan digunakan secara bijaksana, dalam arti memperbolehkan masuk berbagai pendapat yang beraneka ragam dalam pengambilan keputusan dsb, menumbuhkan kemampuan diri, saran-saran serta menjamin kondisi yang memberikan kesempatan untuk saling mempengaruhi.

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PERUSAHAAN

PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar